Wednesday, 23 August 2017

1.29. Menghargai Berkah dan Rajin Bekerja


Bimbingan dari Master Yin Guang
1.29. Menghargai Berkah dan Rajin Bekerja
Meskipun Master Yin Guang adalah Bhiksu senior pada jamannya, tetapi sepanjang hidupnya bersahaja dan jujur, menghargai berkah dan rajin bekerja.  

Kamar yang dia tempati dibersihkan sendiri, pakaiannya dicuci sendiri, pekerjaan ini dilakoninya hingga akhir hayatnya, yakni usia 80 tahun, tetap tidak pernah berubah.

Ketika Master Yin Guang tinggal di Vihara Taiping di Shanghai, suatu hari Upasaka Guan Jiong-zhi pergi mengunjunginya. Dia sudah mencari di seluruh sudut ruangan di lantai atas dan lantai bawah, tetapi tidak menemukan Master, ternyata Master sedang berada di pekarangan belakang mencuci pakaian, saat itu Master sudah berusia 70 sekian tahun.

Ketika Master Yin Guang berada di vihara di Gunung Putuo, Upasaka Guan Jiong-zhi sedang menjalani kegiatan pelafalan Amituofo selama 7 hari di salah satu vihara di sana, pihak vihara penyelenggara mengundang Master Yin Guang datang memberi ceramah, malam harinya Upasaka Guan mengutus tandu pergi menjemput Master, tetapi ternyata Master sudah menempuh separuh perjalanan dengan berjalan kaki, Master juga tidak sudi naik ke tandu dan diangkat.   

Sewaktu Master Yin Guang berada di Vihara Baoguo di Suzhou, Bhiksu Zhen-da bermaksud mengundang Master melihat-lihat ke Vihara Ling-yan-shan, lalu mempersiapkan tandu untuk menjemput Master, tetapi Master malah menolak duduk di tandu, Master memilih berjalan kaki dari atas gunung turun ke kaki gunung, dengan ditemani tongkatnya, Master berjalan selangkah demi selangkah.  

Master Hong Yi pernah berkunjung ke Gunung Putuo, menetap selama tujuh hari di sana, untuk mengamati langsung bagaimana kehidupan keseharian Master Yin Guang. Kemudian dia menulis secara terperinci tentang kehidupan keseharian yang dilewati Master Yin Guang :

“Sepanjang hidupnya, Master Yin Guang sangat menitikberatkan pada menghargai berkah, tak peduli makanan, pakaian, tempat hunian dan sebagainya, sangat bersahaja.

Tahun 1924, saya berkunjung ke Gunung Putuo dan menetap di sana selama tujuh hari. Siang malam saya berada di tempat hunian Master Yin Guang, mengamati segala tindak tanduknya.

Setiap pagi Master Yin Guang hanya sarapan semangkok bubur, tanpa lauk. Master memberitahu pada diriku :
“Ketika saya baru menginjakkan kaki di Gunung Putuo, pagi hari sarapan bubur dengan lauk sayur asin. Tetapi oleh karena saya berasal dari wilayah utara, tidak terbiasa makan sayur asin, makanya saya cuma makan bubur polos saja. Kebiasaan makan dan minum begini, telah dilewati selama 30 sekian tahun”.

Setiap habis makan, Master akan menjilat mangkoknya sampai bersih, takkan ada sisa makanan, kemudian menuangkan air ke dalam mangkok, setelah diaduk lalu airnya diminum, takut kalau masih ada sisa makanan yang menempel di mangkok.

Saat makan siang, hidangan untuk Master Yin Guang adalah sama dengan penghuni vihara lainnya, semangkok nasi dan semangkok sayur. Serupa dengan tadi pagi, setelah menghabiskan nasi dan sayurnya, Master menuangkan air ke dalam mangkok, diaduk lalu airnya diminum.  

Master Yin Guang selain dirinya sendiri begitu menghargai berkah, beliau juga menasehati orang lain agar juga menghargai berkah, jika melihat di mangkok makan tamu masih ada sisa butiran nasi, Master akan menegurnya dengan tegas :

“Berapa besar pahala yang anda miliki? Sampai begitu memboroskan makanan!

Kalau ada orang yang membuang sisa sayur yang sudah dingin, Master juga akan menegurnya dengan tegas”.

Dari sini dapat terlihat kehidupan keseharian Master Yin Guang, jujur dan bersahaja, sungguh merupakan contoh teladan bagi para praktisi baik sekarang maupun yang akan datang.

Penulis : Venerable Shi Jian-wen


惜福習勞
印光大師雖然身為一代高僧,但是一生作風极其儉朴廉洁,惜福習勞。
他住的房間自己打掃,穿的衣服自己洗,一直到八十歲臨終,仍然如此。
他住上海太平寺的時候,一天關絅之居士去拜訪他,樓上樓下到處找遍,最后在天井中找到他,他正在洗衣服。當時大師已經七十几歲了。

印光大師在普陀山寺時,關絅之居士到山中某寺打佛七,請他早課來開示,關居士在后半夜請轎子去接他,那時大師已經走了一半的路,堅決不肯做轎子。

在蘇州報國寺時,真達和尚請他到靈岩山去看看,已經替他准備了轎子,但他堅決不肯坐轎,從上山到下山,宁愿拿着拐杖一步一步走。

弘一大師曾經在普陀山跟着印光大師生活了七天,他敘述印光大師生活中的細節:
“大師一生最注重惜福一事,無論食、衣、住等都是极為簡單粗劣、力斥精美。民國十三年,我到普陀山住了七天,每天從早到晚都在大師的房內,觀察大師的一切行為。大師每天早餐僅吃一大碗白稀飯,沒有菜。他告訴我:
‘我剛到普陀山時,早餐有稀飯,也有咸菜。但因為我是北方人不習慣吃咸菜,所以只吃白稀飯。這樣的飲食習慣,已經有三十几年了。’

大師每次吃完飯,都以舌舔碗,將飯粒吃得很干淨,一點飯渣也不留。然后再把白開水倒入碗中,蕩滌干淨之后,將水喝下,唯恐輕易浪費掉剩余的飯粒。午齋,大師也跟大眾師食用一樣的飯菜,白飯一碗、菜一碗,大師依然將飯菜吃完,又將開水倒入碗中,蕩滌后將水飲盡,惜福的情況,就跟早齋的時候沒什么兩樣。大師自己如此惜福,也极力勸勉別人要惜福,如果見到客人飯后碗內還留有飯粒,大師也會嚴厲呵責:
‘你有多大的福气?竟然如此糟蹋食物!’
如果有人將剩余的冷茶倒掉,大師也會嚴厲訶責。”

由這些事例,可以想見大師為人作風,清廉儉朴如是,實為后世學佛弟子之模范。

原文見《印光法師年譜》頁二、《印光大師傳》頁一六七

釋見文編述