Tuesday, 22 August 2017

1.25. Kebenaran dan Kewibawaan


Bimbingan dari Master Yin Guang
1.25. Kebenaran dan Kewibawaan
Tahun 1937, Jepang melancarkan serangan besar-besaran terhadap Tiongkok, saat itu Suzhou juga telah diduduki pasukan tentara Jepang.

Suatu hari di Vihara Ling-yan-shan, beberapa anggota Sangha berusia muda melihat ada orang yang membawa pejabat militer Jepang mengunjungi Master Yin Guang.

Pejabat militer Jepang mengeluarkan “Taisho Tripitaka”, yakni buku Tripitaka edisi yang telah direvisi orang Jepang, diperuntukkan secara gratis kepada Vihara Lingyanshan.

Master Yin Guang langsung menolaknya :
“Para anggota Sangha di sini adalah praktisi pelafal Amituofo, juga membaca sutra, tetapi bukan Bhiksu intelek yang mempelajari isi Tripitaka, silahkan kalian bawa pergi Taisho Tripitaka yang begitu bagus dan berikan pada orang lain yang berminat mendalami Buddha Dharma!”    

Tanpa menghilangkan rasa sopan, Master telah melakukan penolakan, tidak sudi menerima hadiah dari pejabat militer Jepang.

Sikap Master Yin Guang yang tanpa basa basi terhadap pejabat militer Jepang, andaikata mereka sempat merasa malu dan berkobar amarahnya, maka akan mengundang tragedi pembantaian, akibatnya tidak berani dibayangkan.

Tetapi begitulah Master Yin Guang adanya, selalu bersikap tegas, pendirian yang jelas, tidak gentar sama sekali, yang telah mempertahankan keutuhan bangsa dan negara, mengobarkan jiwa patriotisme di benak para anggota Sangha.

Saat itu, para anggota Sangha muda yang menyaksikan peristiwa ini secara langsung, menjadi begitu terharu, mereka telah mengikuti satu mata pelajaran yang membawa kesan mendalam, yakni pendidikan cinta negara. 

Melindungi dan mempertahankan keutuhan negara merupakan tanggung jawab yang mesti dipikul oleh setiap anggota Sangha. Hanya ketika negara berada dalam kondisi stabil, barulah rakyat dapat memperoleh manfaat.

Jiwa patriotisme Master Yin Guang menempel pada Maha Maitri Maha Karuna-Nya. Terhadap mereka yang tidak peduli pada keselamatan negara dan rakyat, menindas kaum lemah yang tak berdaya, agar diri sendiri dapat menikmati kesenangan dan hidup boros, Master merasa begitu pedih hatinya. Maka itu meskipun berada dibawah tekanan kekuasaan penjajah, Master tetap serupa memancarkan kebenaran dan kewibawaan, takkan gentar sama sekali.   

Penulis : Venerable Shi Jian-wen


正气凜然
一九三七年,日本正對中國發動大規模侵略戰爭,當時蘇州已經淪陷。某天,几位青年僧人看見有人帶着日本軍官到靈岩山寺找印光大師,日本軍官拿出當時日本修訂出版的《大正藏》贈送給靈岩山寺。印光大師當面拒絕他:
“我們這里的僧眾都是念佛、誦經的修行人,不是研究經文的僧人,請你們把這么好的大藏經,轉送給其他有心研究佛法的人吧!”就這樣不卑不亢地給對方碰了一個軟釘子,拒絕了日本軍官的贈品。

大師如此不客气地對待日本軍官,如果他們惱羞成怒,可能會惹來殺身之禍,后果不堪設想。但是大師態度嚴正,立場鮮明,毫無畏懼保持了民族气節,激發了僧眾民族尊嚴及愛國熱忱。當時在旁目睹此情此景的青年僧人感動不已,上了一堂深刻的愛國教育課。

      護國衛教是每一位僧人必須承擔的責任。只有國家安定,人民才能獲得利益。大師的愛國主義,始終与他熱愛人民的大慈悲胸怀連接在一起。他對那些不顧國家安危,不管人民死活,搜刮民脂民膏,供自己揮霍享受的當局政府權貴們深惡痛絕。因此即使是面對惡勢力的脅迫,大師依然正气凜然,心無所懼。

原文見《名僧錄‧回憶印光法師二三事》、《印光大師年譜》頁三三

釋見文編述