Bimbingan dari Master Yin Guang
1.26.
Melatih Kesabaran
Suatu hari seorang upasaka membawa anak bungsunya,
mengunjungi Master Yin Guang. Putra bungsunya bernama Kai-ben, sejak kecil
sudah terlampau dimanja ayahbundanya. Maka itu Kai-ben hanya karena masalah
sepele, akan bertengkar dengan anak-anak lainnya, amarahnya meledak-ledak.
Master Yin Guang setelah mengetahui hal ini,
menasehati Kai-ben :
“Usiamu tidak kecil lagi, semestinya belajar
menjadi manusia yang bepengertian. Apakah kamu pernah mendengar aksara “Ren
(sabar)”?
Saya teringat masa kecilku, di dusun kami setiap
tiba musim gugur, setelah petani menyelesaikan panen dan mengakhiri pekerjaan
di sawah, warga dusun pasti akan mengundang orang menyelenggarakan pertunjukan
boneka sarung tangan, ini merupakan hiburan bagi penduduk dusun yang diadakan
setahun sekali.
Suatu kali warga dusun mengundang rombongan
pertunjukan boneka sarung tangan, sebelum pertunjukan dimulai, saya datang
lebih awal dan menaruh bangku di posisi paling depan, supaya bisa melihat
dengan jelas ketika pertunjukan berlangsung. Akhirnya ada seorang pemuda yang
kasar mendatangi diriku dan bertanya dengan penuh emosi :
“Siapa yang menaruh bangku di sini?”
“Saya........”, belum sempat ucapanku selesai, dia
sudah keburu melayangkan dua tamparan ke pipi kanan dan kiriku. Lalu
memindahkan bangkuku ke arah belakang. Saat itu oleh karena tamparannya agak
keras, sehingga kepalaku terasa pusing dan mataku kabur, hampir saja jatuh
pingsan.
Setelah itu, saya tetap menahan sakit dan menelan
suaraku, tidak berani mengadu pada ayahbunda, oleh karena saya takut ayahbunda dikarenakan
sayang pada anaknya, setelah mengetahui hal ini akan pedih hatinya, juga akan
pergi mencari keadilan buat anaknya, akibatnya perseteruan akan kian
menjadi-jadi.
Sejak itu saya lebih meningkatkan mawas diri,
berhati-hati dalam setiap tindakanku, jangan sampai ada secuil kelalaian.
Setelah menginjak usia dewasa, warga dusun juga sangat menyayangi dan
melindungi diriku.
Suatu hari, ketika saya sedang berjalan, tiba-tiba
bertemu dengan pemuda kasar yang pernah memukuliku, dia melemparkan senyuman ke
arahku, bahkan mengundangku bertamu ke rumahnya :
“Kalau ada waktu mainlah ke rumahku”.
Saya juga membalasnya dengan senyuman :
“Baiklah”.
Sepanjang hidupku, saya tidak pernah menceritakan
hal ini pada siapapun, hari ini saya katakan keluar dengan harapan agar kamu
dapat meningkatkan mawas diri. Meskipun waktu itu tindakanku adalah serupa
dengan lemah dan tak berdaya, lantas kenapa memangnya kalau mengalah?
Saya berharap kamu belajar rendah hati dan
mengalah, jangan meniru pemuda sekarang yang suka “bersaing dan berseteru”,
menganggap diri sendiri adalah orang suci, siapapun tidak boleh melanggarnya,
mengerti?”
Penulis : Venerable Shi Jian-wen
學忍辱
有一天,一位居士帶著自己的小儿子,前來拜見印光大師。他的小儿子名字叫開本,從小很得父母的寵愛。開本因為一件小事跟別的小孩吵架,因而大發脾气,印光大師知道了,把他叫過來對他說:
「你 年紀已經不小了,應該學習做人的道理。『忍』這個字你曾經听過嗎?我回想童年的時候,我們村庄每年秋天農作物收成了以后,村里面的人一定會請人來演布袋 戲,這是村子每年例行要做的事。有一年,村里的人請了布袋戲團要來表演布袋戲,當戲要開演的那一天,我提早拿著椅子,到舞台前面的正中央放著,預備待會儿 開演時,有個好位置觀賞。結果村里面有一個粗壯的少年,用充滿怒气的語調問:
『這張椅子是誰放的?』
『是 我放的……』我話都還沒說完,他就走過來連續摑了我兩個耳光,然后把椅子拋到數尺之外。我當時被他打得頭昏眼花,几乎快暈了過去。事后我仍然忍痛吞聲,不 敢把這件事告訴我的父母;因為我怕父母愛子心切,他們如果知道了這件事一定會心疼,也會去找對方理論,彼此會為此發生沖突。經過這件事情,我更加勉勵注意 自己的身行,不敢有一點點的疏忽。我長大成人后,村里的人都相當愛護我。
有一天,我走在路上,遇到了以前打我的那個粗漢,他主動對我微笑,并邀請我:
『來我家坐一坐好嗎?』
我也微笑著,回答他:
『好啊!』
這件事,我生平還沒有對別人說過,今天說出來是希望你能有所警惕。雖然那時候我的做法就像一個弱者,但弱者又何妨呢?我希望你學習謙弱,不要跟現代的年輕人一樣,喜歡『競爭』,把自己當作是圣人,任何人都不可以侵犯。知道嗎?」
原文見《永思集‧印光大師軼事二》
釋見文編述